Senin, 21 Januari 2008

Memilih dan pilihan


Memilih dan pilihan


Setiap hari kita dihadapkan pada beberapa pilihan yang mesti kita pilih. Dalam memilih, terkadang kita hanya menggunakan logika saja yang berujung keuntungan atau kerugian yang dapat kita peroleh dari pilihan tersebut. Dan kita hampir setiap saat mengindahkan hati atau suara hati. Ketika kita akan memilih pasti ada bisikan hati yang berkata ‘ambil’ dan ada pula yang berkata ‘jangan/tidak’. Semuanya itu ternyata merupakan sebuah rambu atau peringatan kepada kita agar tidak salah dalam memilih.

Tapi lagi-lagi kita hanya mementingkan kesenangan / keuntungan semata dan mengindahkan bisikan tersebut. Dan yang terjadi selanjutnya adalah kita menyesal dengan pilihan kita karena ternyata bisikan hati tersebut benar. Nah, lalu bagaimana caranya agar kita bisa mendengarkan bisikan tersebut dengan jelas, terkadang kita tidak bisa membedakan mana bisikan hati dan mana nafsu. Memang tidak mudah untuk membedakannya, ini memerlukan pengasahan intuisi melalui kehidupan kita sehari-hari.

Coba saja dengan hal terkecil, contohnya saat kita dihadapkan pada pilihan antara belajar dan bermain, pasti kita akan lebih memilih untuk bermain baru belajar. Sedangkan pada saat itu kondisinya mendekati ujian. Suara hati kita akan berkata untuk memilih belajar namun ketika masuk pada tataran logika kita akan lebih memilih bermain karena itu bisa membuat refresh, logika melakukan pembenaran alasan yang kita buat demi kepentingan kesenangan semata. Dan akhirnya kita akan memilih untuk bermain.

Oleh karena itu, ada beberapa aspek yang perlu kita perhatikan dalam memilih :

  1. hasil akhir dari pilihan itu seperti apa

  2. kalau pilihan tersebut dipilih apa dampaknya

  3. apakah diri kita merasa enjoy dengan pilihan tersebut

  4. masa depan seperti apa yang akan terjadi jika pilihan tersebut diambil


Semua ini memerlukan proses pematangan dan pentajaman agar apa yang menjadi pilihan kita benar-benar bermanfaat untuk diri kita.

Tidak ada komentar: