Minggu, 26 Januari 2014

Sudah lama aku gak nulis diblog ini.... Kekosongan Jiwa Apa sih penyebab kekosongan jiwa? Banyak orang di luar sana yag mungkin mengalami hal yang sama dengan judul yang sedang aku tuliskan ini. Banyak yang mencari hal-hal yang bisa membahagiakan jiwa mereka. Tapi sebenarnya sangatlah sederhana. Bahagia dan tidak bahagia adalah dua hal yang berbeda namun dala satu binkai. Tinggal bagaimana kita memilih saja. Persoalan memilih ini merupakan kehendak bebas yang dianugerahkan sang Pencipta pada kita sebagai manusia. Namun terkadang kehendak bebas kita menjadi teracuni oleh hal-hal yang tidak baik. Nah hal inilah yang menyebabkan kehidupan kita tidak bahagia. Efek dari ketidakbahagiaan kita menjadi akar penyebab kekosongan jiwa. Kekosongan jiwa adalah suatu kondisi dimana semua hal terasa tidak menyenangkan, tidak mengenakan, tidak sesuai, tidak pantas, tidak dan tidak....lainnya. Dan efek jangka panjang dari hal ini adalahketerpurukan hidup. Sehingga menjadi magnet dari setiap masalah. Kalau sudah begini lalu bagaimana dong? Banyak para ahli dan pakar terutama dalam bidang psikologi menyarankan untuk instrospeksi diri dan membangun ulang hidup anda. Tapi sebenarnya kalau menurut asumsi saya berdasaerkan pengalaman dan kehidupan yang aku jalankan. Solusi sederhana adalah kembali lagi mendekat dengan Sang Pencipta. Apabila selama ini kita jauh dari-Nya maka secara otomatis hidup kita akan jauh dari rasa bahagia, nyaman dsb. Coba deh gimana rasanya kalau kita dijauhi oleh orang yang kita sayang.... Begitulah jika kita pun menjauh dari Sang Pencipta. Perbanyaklah beribadah untuk bisa dekat lagi dengan-Nya tentunya dengan kesadaran penuh kita melakukannya semata-mata karena-Nya. Hanya itu solusi hidup mengatasi kekosongan jiwa. Jika jiwa kosong maka syaton akan mengisi jiwa kita yang kosong, kalau sudah terisi setan maka kehidupan kita akan di bawah pengaruh setan tersebut. Maka dari itu isilah dengan selalu ingat pada-Nya, dekat dengannya melalui komunikasi ibadah harian kita yang kita maknai sebagai wujud kecintaan kita pada Sang Khalik. Semoga bermanfaat...

Senin, 13 Mei 2013

Rejeki di tangan Allah



Subhanallah... jika Allah sudah berkenan memberikan rizki kepada saya...., saya mah tidur aja di rumah..., atas izin Allah, rezeki akan didatangkan oleh Allah ke tempat tidur saya (tanpa ada yang dapat menahannya).... tetapi, jika Allah tidak berkenan untuk memberikan rizki kepada saya...., saya banting tulang siang dan malam, kerja keras tanpa kenal lelah secara abis-abisan, maka tidak akan datang tuh rizki kepada saya (dan tidak ada yang dapat membantu sesuatu apapun kepada saya).....

Memang siapa yang berani menentang mau-Nya Allah???
Andai kata seluruh jin, seluruh manusia dan seluruh malaikat bersekutu dan bersatu padu untuk menentang mau nya Allah, niscaya remeh dihadapan Allah...!!! (sungguh inilah tauhid yang benar...).

Apa yang disebut ikhtiar bagi kebanyakan orang ialah "bekerja keras sekuat tenaga dan maksimal berusaha untuk mencari dunia" tapi ikhtiar menurut saya ialah "menuruti mau-Nya Allah sehingga Allah menjadikan dunia sebagai budak saya, sebagai fasilitas yang Allah sediakan untuk saya, agar mempermudah saya untuk beribadah kepada Allah"

Kebanyakan orang berbicara bahwa "mencari rizki" adalah ibadah..., tetapi setelah saya lihat..., kebanyakan orang kok lupa yah dengan sholat ketika mencari rizki..., asyik dengan mencari rizki sampai-sampai tidak mendegar atau malah pura-pura tidak mendengar jika Allah memanggil (adzan)..., mencari rizki tidak didahulukan dengan menyebut nama Allah (bismillah) terlebih dahulu.... mencari rizki tetapi kok lupa dengan yang memberi rizki (yaitu Allah), apakah cara-cara seperti ini masih pantas jika ia menyebut "mencari rizki itu adalah ibadah???". wah saya kira nggak deh.... (ini menurut saya loh.... he2, maaf yah klo ada yang beda...)

Kalau saya ditanya..., atau temen-temen saya tanya semua, kaya gini : "rizki ditangan siapa ???" mesti jawabannya sama semua dan serentak pula.... iya bener jawabannya adalah "Allah"..., rizki itu ditangan Allah. (kita sudah sama-sama sepakat bahwa rizki itu ditangan Allah dan datangnya dari Allah bukan yang lain, bukan selain Allah)

Kalau memang jawaban itu adalah jawaban yang benar-benar datangnya dari pengetahuan, iman dan kejujuran..., mestinya tidak ada yang berani nyolong, tidak ada yang berani nipu, tidak ada yang berani tidak jujur.

Selain tidak berani, juga tidak merasa perlu. kenapa?? kan... rizki datengnya dari Allah kenapa juga mesti begitu-begitu amat nyari rizki...,??, kan tinggal mendekatkan diri kepada Allah aja (kepada yang Maha memiliki dan yang maha membagi-bagikan rizki) maka terbukalah rizki itu, karena Allah sendiri yang nyuruh kita untuk meminta kepada Allah tidak kepada yang lain (tidak kepada selain Allah)...

Tetapi pada kenyataannya?? saya tidak percaya bahwa rizki itu dari Allah. sehingga masih mencari lewat jalan-jalan yang bukan jalan-Nya, dan masih mencari dengan cara-cara yang bukan dengan cara-Nya.

Saya dan sebagian yang menjawab bahwa rizki itu dari Allah, pun kurang meyakinkan bila dilihat dari ibadahnya. ngakunya, iya. bahwa semua juga mengaku bahwa rizki itu dari Allah.... pertanyaan selanjutnya, kalau memang tahu dan sadar rizki itu dari Allah, kenapa lalu meninggalkan Allah?? melupakan Allah?? melalaikan Allah??, atau minimal, mengapa tidak terlalu mengistimewakan allah??? duh aneh.... padahal sudah saling sepakat bahwa Allah lah yang menguasai rizki dan yang mengatur rizki dan yang membagi-bagikan rizki kepada seluruh makhluk (inget yah seluruh makhluk)...

contoh : ketika
Allah memanggil (adzan berkumandang), tanda yang maha memberi rizki memanggil. apa yang terjadi?? saya, kita, dan temen-temen semua seperti tidak mengenal rizki yang saya, kita dan temen-temen semua makan datang nya dari Allah. cuek aja..., tidak bergegas, tidak takut akan tidak dibagi rizki oleh Allah.... Allah manggil (adzan) yah biasa aja (pikiran yang sangat konyol dalam diri saya ialah.... "ah baru adzan ini blm qomat".... yang lebih konyol lagi "ah... sholatkan bisa tiap hari.... ini kerjaan lg nanggung nih, besok2 gak bisa..."... subhanallah... Allah karim... otak saya memang tumpul, sudah puluhan ribu tahun gak diasah sehingga karatan 25 kilometer sepertinya....!!)

Beda sekali jiga yang memanggil itu boss saya..., begitu dipanggil.., detik itu juga meluncur datang ke mejanya, keruangannya. takut sekali jika tidak memenuhi panggilannya, takut begini..., takut begitu... (subhanallah.... ancurr.... ancurr....!!!, saya memang ancur...)

S
aya yang sudah janjian meeting dengan pimpinan, akan takut sekali tidak tepat waktu, apa lagi sampai telat. masuk bareng dengan pimpinan saja, rasanya sungkan. kepala divisi saya, kepala bagian saya, sebagian BOD saya, akan menyarankan kepada saya, kalau bisa sudah hadir 15 menit sebelum rapat dimulai. supaya jangan kedahuluan sama yang punya perusahaan, jangan sampai keduluan sama dirut.....

Bagaimana dengan Allah?? katanya rizki itu dari Allah??? katanya yakin bahwa bisa bekerja dan berusaha karena Allah. bahkan lebih jauh lagi, saya menyadari dan tahu bahwa hidup ini pun sejatinya pemberian Allah. lengkap dengan segala apa yang menjadi fasilitas hidup ini. tetapi sama Allah gak ada pengistimewaannya.... (subhanallah.....)

sama
Allah sebenernya saya ini sudah janjian..., janjian apa?? janjian sholat minimal... sebagai seorang hamba Allah, saya tahu betul akan jadwal sholat... itulah jadwal janjian saya dengan Allah..., tetapi saya malah menghindar, bukan malah harusnya tambah kangen.., setelah subuhan kangen waktu duha, setelah duha kangen dengan waktu zuhur, setelah zuhur kangen dengan ashar, setelah ashar kangen dengan waktu maghrib, setelah maghriban kangen dengan waktu isya, setelah isya kangen dengan waktu tahajjud, setelah tahajjudan tidak pengen melepas tahajjud kecuali menyertakan dengan witir, baca al-qur'an dan beristighfar..... (subhanallah.... Allah karim.....)

Saya rindu Allah, sebab di waktu-waktu itulah kebersamaan saya dengan Allah..., bener sih setiap saat Allah bersama saya... tapi kalau di waktu-waktu prime time saya tidak bisa mengistimewakan Allah, apa iya saya bisa merasa bisa bersama Allah terus??

Orang yang butuh modal akan melakukan apa saja agar permohonan modalnya itu dikabulkan.... sedangkan Allah?? Allah sudah memberi tanpa saya minta, tapi kemudian saya berjalan seakan-akan saya tidak mengenal Allah.... tinggal bersyukur doang, ternyata saya tidak mampu.... subhanallah... Allah karim.... saya mohon ampun,, beribu ribu ampun ya allah.... ya rozzaq

--------------------------

oke seperti biasa... untuk temen
-temen semua jika tulisan ini bermanfaat, yang mau share saya persilahkahkan share....!! asal dengan satu syarat yah.... saya minta do'anya dari temen-temen....... saya tunggu doanya dari temen-temen semua yah.... terima kasih. Assalamu'alaikum wrwb.....

Senin, 15 April 2013

Inilah Fadhilah shalat Dhuha yang wajib kita ketahui agar termotivasi untuk terus melaksanakannya.


Shalat merupakan kunci diterima atau ditolaknya keseluruhan ibadah yang telah dilakukan seorang mukmin. Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa yang pertama dihisab oleh Allah Swt. dari amal seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. 

Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Sebaiknya, jika shalatnya rusak, maka seluruh amalnya juga akan turut rusak. Karenanya, shalat yang kita kerjakan harus benar-benar terjaga kesempurnaannya. Salah satu cara menyempurnakan shalat wajib adalah dengan melaksanakan shalat sunat.

Banyak sekali pilihan shalat sunat yang dapat kita kerjakan untuk menyempurnakan pahala shalat wajib yang telah kita kerjakan. Sebut saja shalat sunat rawatib yang biasa kita kerjakan sebelum dan setelah mengerjakan
shalat lima waktu. Selain shalat sunat rawatib, kita juga mengenal banyak sekali jenis shalat sunat di antaranya adalah Tahiyatul Masjid, Syukrul Wudhu, Tahajud, Witir, serta Dhuha. Yang disebutkan terakhir kerap terlupakan karena meski kita tahu fadhilahnya tapi karena waktu pelaksanaannya bertepatan dengan dimulainya aktivitas harian, maka shalat Dhuha sering tidak dikerjakan.


Ya, shalat Dhuha ialah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik, yaitu kira-kira setinggi lebih kurang 7 (tujuh) hasta atau sekitar setinggi satu tombak, antara pukul 08.00 pagi sampai dengan masuk waktu Dzuhur (sekitar pukul 11.00 siang).

Shalat Dhuha hukumnya sunat muakad (sangat dianjurkan dan mendekati wajib) karena Rasulullah senantiasa mengerjakannya dan berpesan kepada para sahabat untuk mengerjakannya juga. Shalat Dhuha juga merupakan wasiat Rasul kepada umatnya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits. “Abu Hurairah r.a. menceritakan, ‘Kekasihku Rasulullah Saw. memberi wasiat kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah kutinggalkan hingga meninggal dunia: shaum tiga hari dalam sebulan, dua rakaat shalat Dhuha, dan hanya tidur setelah melakukan shalat Witir” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Tentu saja, Rasulullah Saw. tidak akan mengistimewakan shalat Dhuha tanpa alasan. Berikut beberapa fadhilah atau keutamaan shalat Dhuha yang menjadikannya begitu istimewa di mata Rasullah Saw.

Pertama, shalat Dhuha merupakan ekspresi terima kasih kita kepada Allah Swt. atas nikmat sehat bugarnya setiap sendi dalam tubuh kita. Menurut Rasulullah Saw., setiap sendi dalam tubuh kita yang jumlahnya 360 ruas setiap harinya harus diberi sedekah sebagai makanannya.

“Pada setiap manusia diciptakan 360 persendian dan seharusnya orang yang bersangkutan (pemilik sendi) bersedekah untuk setiap sendinya.” Lalu, para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah Saw., siapa yang sanggup melakukannya?” Rasulullah Saw. menjelaskan, “Membersihkan kotoran yang ada di masjid atau menyingkirkan sesuatu (yang dapat mencelakakan orang) dari jalan raya, apabila ia tidak mampu maka shalat Dhuha dua rakaat dapat menggantikannya.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud)

Kedua, shalat Dhuha merupakan wahana pengharapan kita akan rahmat dan nikmat Allah Swt. sepanjang hari yang akan dilalui, entah berupa nikmat fisik maupun materi. Rasulullah Saw. bersabda, “Allah berfirman, ‘Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas melakukan shalat empat rakaat pada pagi hari, yaitu shalat Dhuha, niscaya nanti akan Kucukupi kebutuhanmu hingga sore harinya.’” (H.R. Al-Hakim dan At-Tabrani)

Lebih dari itu, momen shalat Dhuha merupakan saat kita mengisi kembali semangat hidup baru. Kita berharap semoga hari yang akan kita lalui menjadi hari yang lebih baik dari hari kemarin. Di sinilah ruang kita menanam optimisme hidup. Kita tidak sendiri menjalani hidup ini. Ada Sang Maharahman yang senantiasa akan menemani kita dalam menjalani hidup sehari-hari.

Ketiga, shalat Dhuha sebagai pelindung untuk menangkal siksa api neraka di hari pembalasan (kiamat) nanti. Hal ini ditegaskan Nabi Saw. dalam haditsnya, “Barangsiapa melakukan shalat Fajar, kemudian ia tetap duduk di tempat shalatnya sambil berdzikir hingga matahari terbit dan kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha sebanyak dua rakaat, niscaya Allah Swt. akan mengharamkan api neraka untuk menyentuh atau membakar tubuhnya.” (H.R. Al-Baihaqi)

Keempat, bagi orang yang merutinkan shalat Dhuha, niscaya Allah mengganjarnya dengan balasan surga. Rasulullah Saw. bersabda, “Di dalam surga terdapat pintu yang bernama Bab Adh-Dhuha (Pintu Dhuha) dan pada hari kiamat nanti ada yang akan memanggil, ‘Dimana orang yang senantiasa mengerjakan shalat Dhuha? Ini pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang Allah.’” (H.R. At-Tabrani)

Kelima, pahala shalat Dhuha setara dengan pahala ibadah haji dan umrah. “Dari Abu Umamah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umrah.’” (Shahih Al-Targhib: 673). Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa, “Nabi Saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang mengerjakan shalat Fajar (Shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna.’” (Shahih Al-Jami: 6346)

Keenam, tercukupinya kebutuhan hidup. Orang yang gemar melaksanakan shalat Dhuha ikhlas karena Allah akan tercukupi rezekinya. Hal ini dijelaskan Rasulullah Saw. dalam hadits qudsi dari Abu Darda. Firman-Nya, “Wahai Anak Adam, rukuklah (shalatlah) karena aku pada awal siang (shalat Dhuha) empat rakaat, maka aku akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore hari.” (H.R. Tirmidzi)

Ketujuh, memperoleh ghanimah (keuntungan) yang besar. Dikisahkan, Rasulullah mengutus pasukan muslim berperang melawan musuh Allah. Atas kehendak Allah, peperangan pun dimenangkan dan pasukan tersebut mendapat harta rampasan yang berlimpah. Orang-orang pun ramai membicarakan singkatnya peperangan yang dimenangkan dan banyaknya harta rampasan perang yang diperoleh. Kemudian Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa ada yang lebih utama dan lebih baik dari mudahnya memperoleh kemenangan dan harta rampasan yang banyak yaitu shalat Dhuha.

“Dari Abdullah bin Amr bin Ash ia berkata, Rasulullah Saw. mengirim pasukan perang. Lalu, pasukan itu mendapat harta rampasan perang yang banyak dan cepat kembali (dari medan perang). Orang-orang pun (ramai) memperbincangkan cepat selesainya perang, banyaknya harta rampasan, dan cepat kembalinya mereka. Maka, Rasulullah Saw. bersabda, ‘Maukah aku tunjukan kepada kalian sesuatu yang lebih cepat dari selesai perangnya, lebih banyak (memperoleh) harta rampasan, dan cepatnya kembali (dari medan perang)? (Yaitu) orang yang berwudhu kemudian menuju masjid untuk mengerjakan shalat sunat Dhuha. Dialah yang lebih cepat selesai perangnya, lebih banyak (memperoleh) harta rampasan, dan lebih cepat kembalinya.’” (H.R. Ahmad)

Menilik banyaknya fadhilah di atas, cukup beralasan kiranya bila Nabi Saw. menghimbau umatnya untuk senantiasa membiasakan diri melaksanakn shalat Dhuha. Dengan mengetahui fadhilah-fadhilah tersebut, diharapkan kita lebih termotivasi untuk beristiqamah melaksanakan shalat Dhuha agar tercapai tujuan bahagia dunia dan akhirat. Amin. 

Rahasia dibalik hari Senin - Minggu


Bagi sebagian besar kita mungkin tidak mengetahui apa yang ada didalam hari-hari yang kita kenal selama ini. Padahal dalam setiap hari yang kita lalui menyimpan rahasia dan juga kebaikan-kebaikan yang mungkin dapat kita jadikan pedoman dalam melakukan sesuatu. Berikut ini rahasia-rahasia tersebut :

Hari Senin/Monday

Sebagian besar orang mengatakan I Hate Monday, tidak menyukai hari Senin. Padahal ternyata hari Senin adalah merupakan hari Pelayaran & Perdagangan. Karena telah di jelaskan bahwa pada hari Senin terdapat 7 kelebihan yaitu :

  1. Nabi Idris, as. telah naik ke langit pada hari Senin,
  2. Nabi Musa, as. telah pergi ke bukit Thursina pada hari Senin untuk menerima wahyu, 
  3. Hari dimana turun Dalil tentang ke-Esa an Allah,
  4. Hari lahirnya Rasulullah Muhammad saw,
  5. Hari dimana Malaikat Jibril, as. turun untuk pertama kalinya menjumpai Rasulullah,
  6. Semua amal perbuatan umat di perlihatkan kepada Rasaulullah saw pada hari Senin,
  7. Hari wafatnya Rasulullah Muhammad saw.


Oleh karena itu, barang siapa yang berlayar/mengadakan perjalanan maka baiknya lakukanlah pada hari Senin.


Hari Selasa/Tuesday 

Selasa adalah hari ketiga dalam satu pekan. Kata Selasa diambil dari bahasa Arab yang berarti tiga.

Nama lain lagi untuk hari ini adalah Anggara, yang diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti planet Mars, mirip dengan pengertian dalam bahasa-bahasa di Eropa.


Ketika Rasulullah saw di tanya tentang hari Selasa, maka Beliau menjawab : "Hari Selasa adalah Hari Berdarah". Para sahabat bertanya : "Mengapa demikian ya, Rasulullah?". Lalu Beliau menjawab: "Karena pada hari itulah Siti Hawa Haid & Putra Adam membunuh saudaranya sendiri". Sebagaian Ulama telah menjelaskan bahwa pada hari selasa ada 7 Jiwa yang bernyawa di bunuh, diantaranya :
  1. Jurjais bin Fathin (Seorang pemuda ahli Ibadah, ia hidup pada masa raja Dardaniyah yang terkenal dengan penyembahan berhalanya,
  2. Nabi Yahya, as,
  3.  Nabi Zakaria, as,
  4.  Tukang sihir Fir’aun,
  5.  Asiah binti Muzahim, Istri Fir’aun,
  6. Sahib, Sapi Betina Bani Israil,
  7. Habil Putra Adam, as.

Maka, barang siapa yang ingin berbekam hendaklah ia melakukan pada hari Selasa.

Hari Rabu/Wednesday

Rasulullah saw di tanya tentang hari Rabu, maka kemudian Beliau menjawab: "Hari Rabu adalah Hari Na'as yang terus menerus." Para sahabat bertanya, "Mengapa demikian ya, Rasulullah?" Lalu Beliau menjawab, "Karena pada Hari itu Allah telah menenggelamkan (menghancurkan) Fir’aun dan kaumnya, Memusnahkan kaum ’ad dan kaum Tsamud, yakni kaumnya Nabi Sholeh yang ingkar terhadap kerasulan & kenabian Nya". Maka, barang siapa yang hendak sembuh dari sakit, hendaknya ia meminum obat pada Hari Rabu.

Hari Kamis/Thursday

Hari Kamis adalah hari baik untuk menunaikan Hajat. Karena pada hari tersebut Allah memerintahkan memenuhi hajat. Maka barang siapa yang ingin berhajat, maka hendaklah ia memintanya pada hari Kamis.

 Hari Jumat/Friday

Selain hari dimana bagi kita umat muslim diwajibkan menunaikan ibadah sholat Jumat, ternyata Allah telah menciptakan Nabi Adam dan Ibu Hawa pada hari Jum’at, dan kemudian pada hari itu juga Allah mengawinkannya. Maka barang siapa yang akan mengadakan akad Nikah hendaklah dilaksanakan pada hari Jum’at. Sebagian Ulama berkata : Telah terjadi Tujuh Pernikahan antara para Nabi dan antara para Auliya’ pada hari Jum’at, yaitu antara lain :

  1. Pernikahan antara Nabi Adam as dengan Hawa,
  2. Pernikahan antara Nabi Yusuf as dengan Zulaikha,
  3. Pernikahan antara Nabi Musa as dengan Shafrawa,
  4. Pernikahan antara Nabi Sulaiman as dengan Balqis,
  5. Pernikahan antara Nabi Muhammad saw dengan Siti Khadijah,
  6. Pernikahan antara Nabi Muhammad saw dengan Siti Aisyah ra,
  7. Pernikahan antara Ali bin Abi Thalib ra dengan Fatima ra.


Hari Sabtu/Saturday

Hari Sabtu adalah Hari Makar/Tipu Daya, karena pada hari tersebut terdapat Tujuh Peristiwa jahat dan tipu daya terhadap tujuh orang sholeh / kaum, yaitu:

  1. Kaum Nabi Nuh as terhadap Nabi Nuh as, 
  2. Kaum Nabi Sholeh as terhadap Nabi Sholeh as, 
  3. Saudara-saudara Nabi Yusuf as terhadap Nabi Yusuf as, 
  4. Kaum Nabi Musa as terhadap Nabi Musa as, 
  5. Kaum Nabi Isa as terhadap Nabi Isa as, 
  6. Para pemuka (gembong-gembong) Quraisy terhadap Nabi Muhammad saw,
  7. Kaum Bani Israil terhadap Larangan Allah . 


Dan sebagian Ulama juga memaknai hari Sabtu adalah hari baik untuk berburu.

Hari Minggu/Ahad/Sunday

Sebagian Ulama mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi pada hari ahad/Minggu. Maka barang siapa yang hendak membangun sesuatu atau menanam, maka hendaklah dilaksanakan pada hari Minggu.


Demikianlah misteri yang sebagian besarnya adalah sejarah serta nilai-nilai kebaikan serta keburukan yang terkandung dalam hari Senin hingga Minggu. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi kita semua. Amin.






Minggu, 14 April 2013

Rahasia waktu Zhuhur


Jika waktu shubuh ada keutamaan yang dapat diambil yakni Shalat Qabla fajar yang pahalanya lebih baih dari pada dunia dan seisinya. Maka pada Waktu Dzuhur ini pula ada keutamaan yang juga sayang untuk dilewatkan. Rasulullah pernah shalat empat rakaat setelah matahari tergelincir sebelum Dzuhur, kemudian beliau bersabda : Saat ini pintu langit sedang dibuka, aku lebih suka agar amal salehku diangkat pada saat itu. (HR. At-Tirmidzi) da nada juga hadits-hadits lain yang menyebutkan tentang keutamaan-keutamaan lain. Mengenai Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib akan dibahas pada postingan yang lain.

Tentang Waktu Zuhur, waktu ini adalah dimulai sejak tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit hingga saat bayangan benda sama panjang dengan benda tersebut.

Dzuhur: Terapi jantung dan Usus Kecil

Jantung merupakan organ yang biasa dihubungkan dengan proses mental. Beberapa bentuk tekanan emosional seperti pusing, berdebar-debar, sesak napas, dan kemunduran vitalitas merupakan gejala-gejala umum dari penyakit jantung. Kemunduran chi jantung ditandai dengan kelemahan secara umum, seperti bicara terengah-engah, pernapasan yang pendek-pendek, dan sering berkeringat.

Jika wajah bengkak dan berwarna tidak cerah, kaki dan tangan terasa dingin, ini dinamakan kemunduran chijantung. Gelisah, cepat marah, pusing, kehabisan akal, dan tidak bisa tidur adalah gejala kemunduran darah jantung. Bisa juga terasa aliran darah yang deras pada telapak tangan dan wajah, serangan demam ringan, dan berkeringat pada malam hari.

Gejala kelebihan chi jantung adalah akibat panas jantung. Ini terlihat dalam serangan demam tinggi, yang kadang-kadang disertai dengan menggingau, perasaan berdebar-debar yang mengganggu, kegelisahan yang sangat, tidak dapat tidur, dan sering mimpi buruk, wajah berwarna merah padam, lidah berwarna merah, atau terasa panas dan sakit, dan sering merasa panas ketika buang air kecil.

Waktu pelaksanaan shalat zuhur sangat sesuai dengan kaidah ilmu kesehatan China yang berpendapat bahwa berdasarkan sirkulasi chi, waktu yang tepat untuk melakukan terapi organ jantung adalah pada pukul 11.00 – 13.00. Waktu zuhur adalah saat kita berada di puncak kepenatan akibat aktivitas sepanjang siang.

Dengan melakukan shalat zuhur sebagai bentuk relaksasi dan dipadukan dengan basuhan air wudhu’, panas jantung yang berlebihan bisa menjadi normal kembali. Akhirnya hal ini mempengaruhi sistem lainnya, karena fungsi jantung yang merupakan “penguasa” pembuluh-pembuluh.

Jantung memompa darah agar selalu mengalir untuk membawa sari-sari makanan yang dibutuhkan oleh organ-organ lainnya. Tubuh kita yang penat dan pikiran kita yang sumpek akan tersegarkan kembali dan siap melanjutkan aktivitas.

Warna Langit

Pada waktu ini, warna langit adalah kuning yang mendominasi atmosfera. Mengurangi makan pada waktu kuning (siang hari) ialah amalan yang terbaik untuk menjaga supaya pemikiran menjadi kreatif, tajam, dan peka. Ini adalah mengapa kita amat digalakkan untuk melakukan puasa sunah Senin dan Kamis yakni untuk menggurangi beban kerja organ pencernaan.

Spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem pencernaan. Warna kuning ini mempunyai rahasia yang berkaitan dengan keceriaan. Jadi mereka yang selalu ketinggalan atau terlewat Zuhurnya berulang- ulang kali dalam hidupnya akan menghadapi masalah di perut dan hilang sifat cerianya.

Subhanallah….

Kamis, 11 April 2013

Seputar Ulang Tahun

Saya memposting tulisan ini karena beberapa hari ke depan usia saya akan berkurang kembali. Dan masih dalam perenungan akan hakikat ulang tahun. Akhirnya searchinglah bertanya pada mbah google apa sih ulang tahun itu? 

Sering kita dengan kata-kata ulang tahun namun sedikit sekali yang memahami makna dari ulang tahun itu sendiri. buktinya apa jika kita tidak memaknai dan memahami hakikat ulang tahun itu? ini terlihat dari sikap dan perilaku kita terhadap diri kita, keluarga dan masyarakat. Apakah semakin baik atau semakin buruk. apakah begitu-gitu saja atau jauh lebih baik.

Semoga postingan kali ini bermanfaat bagi diri saya pribadi.

Kita mulai dari Hukum Perayaan Ulang Tahun dalam Islam.
Saya menemukan artikel yang sesuai untuk menjelaskan tentang hal ini, silahkan disimak.

Al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-Ilmiyyah wal Ifta’ yang saat itu diketuai1 oleh Samahatusy Syaikh Abdul Aziz ibnu Abdillah ibnu Baz t menjawab beberapa pertanyaan berikut ini.
Ada saudara-saudara kami, kaum muslimin, yang menyelenggarakan perayaan ulang tahun untuk diri mereka dan anak-anak mereka. Apa sebenarnya pandangan Islam dalam masalah “ulang tahun” ini?


Jawab:
Asal dalam perkara ibadah adalah tauqif/berhenti di atas nash (dalil Al-Qur’an dan as-Sunnah). Oleh karena itu, seseorang tidak boleh melakukan ibadah yang tidak disyariatkan oleh Allah , berdasar sabda Nabi dalam hadits yang sahih:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam perkara kami ini padahal bukan bagian darinya maka amalan yang diada-adakan itu tertolak.”


Demikian pula sabdanya n:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ علَيْهَا أمرنا فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa yang mengamalkan satu amalan yang tidak di atas perintah kami maka amalan tersebut tertolak.”

Perayaan ulang tahun adalah satu macam ibadah yang diada-adakan dalam agama Allah . Dengan demikian, memperingati ulang tahun siapa pun tidak boleh dilakukan, bagaimanapun kedudukan atau perannya dalam kehidupan ini. Makhluk yang paling mulia dan rasul yang paling afdhal yaitu Muhammad ibnu Abdillah , tidak pernah dihafal berita dari beliau  yang menyatakan bahwa beliau  mengadakan perayaan hari kelahirannya. Tidak pula beliau  memberi arahan kepada umatnya untuk merayakan dan memperingati ulang tahun beliau .

Kemudian, orang-orang yang paling afdhal dari umat ini setelah Nabi , yaitu para khalifah umat ini dan para sahabat Rasulullah , tidak ada berita bahwa mereka memperingati ulang tahunnya atau ulang tahun salah seorang dari mereka, semoga Allah meridhai mereka semuanya.

Perlu selalu dicamkan bahwa kebaikan adalah dengan mengikuti petunjuk mereka dan mengikuti urusan yang lurus/tegak yang diperoleh dari madrasah Nabi mereka. Ditambah lagi, dalam bid’ah yang satu ini ada unsur tasyabbuh (meniru/menyerupai) perbuatan Yahudi dan Nasrani, serta orang-orang kafir selain mereka dalam hal perayaan-perayaan yang mereka ada-adakan. Wallahul musta’an.
(Fatwa no. 2008, kitab Fatawa al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-Ilmiyyah wal Ifta’, 3/83—84)

Istri saya biasa mengadakan acara tahunan untuk putra saya bertepatan dengan hari kelahirannya yang diistilahkan hari ulang tahun. Dalam acara ini disediakan beraneka makanan dan diletakkan lilin (di atas kue tart) sejumlah umur si anak. Di awal acara, si anak diminta meniup semua lilin yang dinyalakan tersebut, setelahnya barulah acara dimulai. Apa hukum syariat dalam perbuatan semacam ini?

Jawab:
Tidak boleh membuat acara ulang tahun untuk seorang pun karena hal itu bid’ah, padahal telah pasti sabda Rasulullah :
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa yang mengada-adakan dalam urusan/perintah/perkara kami ini apa yang bukan bagiannya maka yang diada-adakan itu tertolak.”

Juga karena acara ulang tahun itu tasyabbuh terhadap orang-orang kafir, padahal Nabi  telah bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nah sekarang kita semua tahun bahwa perayaan ulang tahun dalam Islam  adalah bid'ah -sesuatu perkara yang diada-adakan- . Sekarang kita juga harus mengetahui asal usul dari ulang tahun itu dari mana agar lebih jelasnya silahkan simak artikel di bawah ini.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dewasa ini, banyak masyarakat kita yang merayakan ulang tahun tanpa mengetahui asal-usulnya. Berbagai model makanan dan minuman mereka siapkan, aneka macam perhiasan mereka pajang, berbagai kalangan mereka undang. Semua itu hanya untuk satu tujuan, merayakan hari kelahiran yang merupakan hari bersejarah dalam kehidupan mereka.
Memang, tidak banyak orang yang mengetahui sejarah ulang tahun. Mayoritas diantara kita yang suka merayakan ulang tahun alasannya hanya mengikuti tradisi orang-orang sebelum kita. Lantas, apakah ulang tahun itu ada sejarahnya? Atau ia hanya media bagi orang-orang Barat untuk memalingkan umat Islam dari ajaran syariat mereka? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita simak pemaparan berikut ini.
Sejarah Ulang Tahun
Tradisi pesta ulang tahun pertama kali dimulai di Eropa. Diawali dengan adanya ketakutan akan datangnya roh jahat tatkala seseorang berulang tahun. Sebagai langkah proteksi, diundanglah teman-teman dan keluarga saat seseorang berulang tahun agar mereka memberikan do`a dan pengharapan yang baik bagi yang berulang tahun. Mereka juga memberikan kado kepada orang yang berulang tahun. Hal ini dipercaya dapat memberikan rasa gembira kepadanya sehingga dapat menghalau roh-roh jahat tersebut.
Banyak simbol yang diasosiasikan dengan ulang tahun sejak ratusan tahun silam, misalnya kue. Mengapa perayaan ulang tahun harus menggunakan kue? Salah satu cerita menyebutkan karena waktu dulu bangsa Yunani menggunakan kue untuk persembahan ke kuil dewa bulan, Artemis. Mereka menggunakan kue berbentuk bulat yang mempresentasikan bulan purnama.
Cerita lainnya tentang kue ulang tahun yang bermula di Jerman yang disebut sebagai “Gerbutstagorten” adalah salah satu tipe kue ulang tahun yang biasa digunakan saat ulang tahun. Kue ini adalah kue dengan beberapa layer yang rasanya lebih manis dari kue berbahan roti.
Simbol lain yang selalu menyertai kue ulang tahun adalah penggunaan lilin ulang tahun yang biasa diletakkan di atas kue. Orang Yunani yang mempersembahkan kue mereka kepada dewa Artemis juga meletakkan lilin-lilin di atasnya agar membuat kue tersebut terlihat terang menyala seperti bulan.
Beberapa orang menyatakan bahwa lilin diletakkan dengan alasan keagamaan. Beberapa orang Jerman meletakkan lilin besar di tengah-tengah kue mereka sebagai pertanda terangnya kehidupan. Sebagian lagi percaya bahwa asap dari lilin tersebut akan membawa pengharapan mereka ke surga.
Saat ulang tahun mereka juga meniup semua lilin yang ada disitu sambil mengucapkan pengharapan di dalam hati. Mereka melakukan semua itu karena percaya bahwa meniup semua lilin yang ada dalam satu embusan akan membawa nasib baik. Pesta ulang tahun biasanya diadakan supaya orang yang ulang tahun dapat meniup lilinnya.
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa pesta ulang tahun diadakan pada kali pertama dengan tujuan untuk mengusir roh jahat yang mengganggu orang yang berulang tahun. Itulah yang mereka sangkakan sehingga mereka mengadakan pesta dan mengundang teman dan kerabat agar roh-roh jahat tidak jadi mengganggu yang berulang tahun.
Selanjutnya, pesta ulang tahun mengalami perkembangan dan penambahan, diantaranya keluarga dan teman yang diundang datang sambil membawa kado atau bunga untuk diberikan kepada orang yang berulang tahun. Jika orang yang diundang tidak bisa menghadiri pesta ulang tahun, biasanya mereka mengirimkan kartu ucapan selamat ulang tahun. Tradisi mengirimkan kartu ucapan dimulai di Inggris sekitar 100 tahun yang lalu.
Itulah sejarah ulang tahun yang tujuan dan motifnya jelas berseberangan dengan ajaran syariat Islam. Selanjutnya, sebagai seorang Muslim, bagaimana kita menyikapi fenomena yang sudah menjamur di masyarakat ini? Kalau kita telisik lebih jauh, ada perbedaan pendapat dari beberapa ‘ulama dalam menyikapi perayaan ulang tahun. Sebagian diantara mereka ada yang melarang dan sebagian lagi membolehkannya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
wah-wah sudah jelas sekali bahwa ulang tahun itu beasal dari kebiasaan orang eropa yang notabennya buka Islam. Disini saya hanya mencoba berbagi sebuah hal yang sudah memasyarakat namun tidak sesuai dengan ajaran Islam. Semoga Allah memberikan kepada kita semua petunjuk jalan yang diridhoi-Nya. Aamiin.
Jika kita sudah tahu hukum ulang tahun dalam Islam dan juga asal usulnya, lalu bagaimana sikap kita dalam berulang tahun?
Silahkan simak tulisan di bawah ini

Ada hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang, manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan hari ulang tahun.
Nah sekarang, pertanyaan yang hendak kita cari tahu jawabannya adalah: bagaimana sikap yang Islami menghadapi hari ulang tahun?
Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka kita bagi dalam dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, perayaan tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan keyakinan hal tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama, karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]
Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)

Kemungkinan kedua, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied, misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka Islam pun memiliki Ied sendiri. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا
Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]
Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
من تشبه بقوم فهو منهم
Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]

Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya,
والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما
Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72]
Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atas adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masa Jahiliyah.
Jika ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya, seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah- menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.
Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id]

Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.
Wallahu’alam.
Sumber : www.muslim.or.id

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Demikianlah uraian singkat seputar Ulang tahun, semoga bermanfaat untuk kita semua. Dan kita menjadi lebih dekat dengan Allah melalui ajaran Rasulullah SAW.