Selasa, 05 Januari 2010

Mimpi

Hari ini alhamdulillah aku masih diberikan kesempatan untuk menikmati hidup yang sungguh ajaib. Setelah kemarin aku mendapatkan sesuatu yang lebih berharga dari apapun juga yang ada di dunia ini. Aku tersadarkan oleh pesan moral yang terkandung dalam sebuah film, yang menurutkan sangat mendidik.

Pesan yang begitu dalam, sebuah hal yang saat ini sudah dilupakan oleh orang banyak. Padahal semua yang ada di dunia ini berawal dari mimpi. Ya… itulah pesan yang sangat dalam yang bisa aku cerna.

Ketika seorang manusia memiliki mimpi maka dia akan selalu memiliki harapan da aklan terpacu meraih mimpinya. Mimpi merupakan realitas pertama sebelum mewujud menjadi nyata yaitu realitas kedua. Seperti apa yang pernah di utarakan oleh Stephen R. Covey dalam bukunya seven habit, mulailah sesuatu dari akhir. Inilah yang dinamakan mimpi. Mimpi bukanlah berkhayal atau berangan-angan belaka. Mimpi merupakan sebuah embrio terciptanya visi.

Aku juga teringat sebuah pepatah bugis yang mengatakan, “Tibalah kau di tanah impian sebelum kau berangkat “. Ini pun merupakan pesan tentang hebatnya mimpi sebagai awal terciptanya visi.

Memang dalam meraih mimpi tidaklah semudah apa yang kita pikirkan dan katakan. Mimpi harus kita raih dengan segenap kemampuan, sepenuh hati dan mungkin akan sangat menderita serta menyakitkan. Karena dari hal tersebutlah kita akan memperoleh sebuah kesadaran. Seperti yang diungkapkan oleh Andreas Harefa, Kesadaran atau metanoia atau pergeseran paradigma hanya bias dilalui dengan penderitaan. Budha pun sebelum mencapai kesadaran yang tinggi harus melalui berbagai macam penderitaan.

Banyak contoh yang menggambarkan banyaknya pengorbanan yang harus diberikan demi meraih mimpinya. Bila saja tidak ada pengorbanan maka mimpi tak akan terwujud.

Sebagai contoh, sang penemu lampu pijar Thomas Alva Edison harus dicaci dan dimaki oleh orang-orang disekitar serta dianggap gila dengan mengungkapkan bahwa dia akan menggantikan semua penerangan lilin dengan penerangan yang lebih baik. Dalam prakteknya, memang Thomas harus melalui berbagai penderitaan, sampai laboratorium tempat dia bekerja terbakar karena percobaan-percobaannya, namun dia tetap focus pada mimpinya bukan pada apa yang terjadi. Bila saja dia berhenti karena peristiwa tersebut mungkin saat ini kita masih memakai lilin sebagai penerangan di malam hari. Beruntunglah kita semua karena Thomas Alva Edison terus dengan segenap jiwa raga serta hatinya meraih mimpinya.

Masih banyak contoh lainnya. Bila kita kaji ternyata mimpi merupakan awal dari semua yang ada di dunia ini. Alam relatias kehidupan kasat mata di bangun di alam kuanta yang tak kasat mata. Hanya orang-orang yang memiliki kekuatan diri dan hati yang kokoh yang dapat membangkit energi mimpi yang dahsyat.

Lalu bagaimanakah proses bermimpi itu. Aku jadi teringat kata kata dalam sebuah film. Pekikanlah kata-kata yang membuatmu terinspirasi. Ternyata proses mimpi itu sangatlah mudah. Kita hanya mengambil sesuatu yang membuat kita bias bermimpi atau terinspirasi. Mimpikahlah yang diluar akal kita. Impikanlah sesuatu yang besar yang membuat kita selalu bergairah untuk meraihnya.

Indicator apakah mimpi kita berenergi adalah ketika kita dihadapkan pada sebuah tantangan kita akan selalu bergairah dan berenergi untuk meraihnya, apapun kondisi kita saat ini. Seburuk apapun penderitaan yang kita alami. Jika kita mengingat kembali mimipi kita, maka seketika itu pula kita akan bangkit dari penderitaan yang terjadi.

Dan melaui mimpi kita pun bias membuat duania kita sendiri. Kita mengendalikan dunia yang kita buat sendiri. Bermimpilah sesuatu yang besar dan bermanfaat bagi umat manusia. Niscaya energi ilahi akan kau dapatkan.

Tidak semua pemimpi dapat mewujudkan mimpinya ini disebabkan factor dari dalam diri bukan dari luar. Factor tersebut adalah kesiapan diri dalam menerima mimpi tersebut menjadi nyata. Peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan tempaan diri dalam mempersiapkan apa yang diimpikan menjadi nyata. Jika kita menginginkan prosesnya tak menyakitkan maka mimpi kita tidaklah akan menjadi nyata.

Semua proses memiliki makna tersendiri jika kita memahami diri. Saat hidup sangat menderita menurut kita, itu merupakan tempaan dalam meraih mimpi. Coba lihat sebuah baja sebelum di ubah menjadi pedang yang tajam. Baja tersebut harus di panaskan di bara yang luarbiasa panas kemudian ditempa dan hal itu akan terus terjadi berulang-ulang sampai menghasilkan bentuk yang sempurna. Maka pedang itu mewujud.

Ya itulah harga yang harus kita bayar untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Tapi yakinlah bahwa sebesar apapun mimpi kita, insya Allah akan terwujud selama kita menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah sebagai sang Kreator kehidupan. Biarkan lah Tangan-Tangan-Nya memainkan peran dalam hidup kita. Maka Maha Karya-Nya akan kita rasakan dan mewujudkan mimpi kita.

Terus Bermimpi…..maka kehidupan akan selalu memiliki harapan-harapan segar yang akan memberikan energi kehidupan pada Sang Pemimpi.

4 januari 2010

Tidak ada komentar: